Desember 3, 2024
11 Bincang Tipis

PRIMENEWS | JAKARTA-Bincang Tipis-Tipis yang digagas Erman Tale Daulay dalam channel Youtubenya Tale Trias Info menghadirkan Ir. Ilham Mendrofa, M.Si, penggiat dan praktisi di bidang pertanian mengiris tipis-tipis topik tentang pertanian dan perkebunan di Sumatera Utara.

Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Institut Pertanian Bogor ini membuka perbincangan terkait dengan pertanyaan Erman Daulay yang menyampaikan sektor pertanian dan perkebunan. Pertanian kita sering diidentikkan dengan lumpur, kotor dan miskin. Padahal, sektor pertanian itu adalah benteng terakhir kita.

“Sektor perkebunan dan pertanian kita, khususnya sektor produksi seperti tanaman sawit dan karet masih sangat baik, walaupun belakangan kita kesulitan dengan minyak goreng tetapi produksi sawit kita baik. Untuk tanaman hortikultura seperti padi, jagung, dan sentra buah-buahan masih memberi dampak positif dan berkontribusi bagi perekonomian masyarkat, khususnya di pedesaan,” paparnya.

“Bahkan saya bisa klaim, bahwa hari ini yang bisa mendapatkan margin positif dalam arti mendapatkan tambahan pendapatan adalah masyarakat pedesaan, walaupun beban daya belinya menjadi problem. Karena, barang outputnya atau barang jadinya sangat mahal. Jadi, walaupun petaninya mendapatkan panen yang baik dan harga jualnya juga baik, akan tetapi akan mengalami kesulitan saat membeli barang-barang lainnya karena harganya mahal dan sangat tidak stabil,” katanya.

Kalau mau bicara tentang urutan orang terkaya di negeri ini, lanjutnya rata-rata mereka memiliki sektor usaha di bidang pertanian dan perkebunan, hanya saja dikelola secara korporasi.

Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan adalah benar. Karena, kalau di cek di seluruh dunia ini, orang yang menguasai sektor pangan yang kehidupannya lebih baik. Lihat saja Amerika Serikat yang penguasaan sektor pangannya sangat baik, Eropa dan Belanda juga seperti itu.

“Untuk kita di Asia Tenggara, sebenarnya kita punya oportunity untuk tumbuh, sawit kita jutaan hektar, karet kita sangat luas, jagung dan padi kita juga sangat luas. Tapi kenapa kita problem, karena pengelolaan kita masih konvensional, kalau kita melihat turunannya, agri kita masih dikerjakan secara budaya. Makanya, dalam satu diskusi kemarin kita mengusulkan pengelolaan sektor pertanian secara hamparan, bukan hanya dikelola secara korporasi tapi juga oleh kelompok masyarakat,” jelasnya.

Kemudian, lanjut Mendrofa sektor pertanian kita selama ini pengelolaannya masih didominasi orang-orang yang berusia 45 tahun ke atas, sementara generasi muda (milenial) masih sedikit yang mau terjun ke sektor ini.
Generasi muda yang sekarang mungkin mau terjun langsung ke sektor pertanian apabila pengelolaannya tidak lagi konvensional, akan tetapi sudah dengan teknologi.

“Kendala lainnya adalah, lahan petani kita luasnya masih di bawah 0,5 hektar. Kalau kita menurunkan traktor rasanya tidak efisien. Pengelolaan sektor pertanian ini akan lebih efisien apabila petani membentuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan mengelola pertanian hamparan atau melakukan penanaman secara serentak,” tandasnya.

Ketika bicara pangan, ada 9 komoditi yang bersinggungan dengan kebutuhan kita sehari-hari. Dari sembilan komoditi ini kita uraikan dulu dan semuanya surplus kecuali kedelai. Dari sembilan komoditi tadi, kita harus perhatikan dimana yang surplus dan dimana yang minus. Kalau dia minus, berarti kita butuh impor tapi jadi masalah juga.

“Sebenarnya, ke depan sektor pertanian dan perkebunan ini sangat memiliki prospek yang sangat baik, makanya kita sangat tidak masuk akal kalau sampai negara kita impor beras,” tegasnya.

Mau ulasan lebih mendalam terkait prioritas unggulan dan masa depan pertanian serta perkebunan, silahkan lihat di channel Youtube Tale Trias Info.

https://www.youtube.com/watch?v=53qXnzAME-Y&t=1395s

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *