PRIMENEWS | Jakarta : Sabrina Septiani, selalu ikhlas ketika menatap kalender saat bulan Ramadhan dan menunjukkan waktu lebaran tinggal menghitung hari. Dirinya menyadari keputusannya menjadi dokter di salah satu rumah sakit yang berlokasi di bilangan Jakarta sejak 5 tahun lalu itu harus rela tak merayakan momentum Hari Raya Idul Fitri bersama keluarganya.
Terlebih, yang paling menyesakkan bagi wanita berumur 32 tahun itu adalah meninggalkan sang buah hati yang baru berusia balita di rumah hanya bersama suaminya. Melakoni profesi sebagai tenaga medis memang harus menyampingkan kepentingan kepentingan pribadi, demi tetap bertugas dan melayani masyarakat di rumah sakit.
Namun, yang kembali menguatkan dirinya dan menyadari bahwa pekerjaannya adalah sebuah pengabdian, kala mengingat ia pernah melewati fase itu ketika duduk di bangku kuliah.
Saat itu, selama dua tahun dan berstatus calon dokter atau koas, dia harus melewati lebaran tanpa keluarga besarnya.
“Sebenarnya dari zaman kuliah juga sudah ngerasain. (Tapi) Anak saya cowo masih 4 tahun biasanya suka mengeluhkan. Jadi berharap ada yang menggantikan (untuk bertugas di rumah sakit). Tapi dikasih pengertian, akhirnya dia mengizinkan ibunya untuk tetap bekerja,” kata Sabrina, seperti dilansir dari Okezone beberapa waktu lalu.
Selain dirinya, sang suami pun turut memberikan penjelasan kepada sang buah hati agar dia tetap mengikhlaskan ibunya menjalani tugasnya melayani masyarakat di rumah sakit. Dirinya pun mengaku berterimakasih kepada Allah telah diberikan seorang anak dan suami yang mengerti akan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
“Sejauh ini (suami) memahami (meski bukan dokter juga). Pengertian dia, tidak ada protes. Ya rezekinya lah (diberi jodoh seperti dia),” katanya.
Ia mengaku memiliki siasat agar anak semata wayangnya itu tetap gembira, meski harus menjalani sholat Idul Fitri tanpa kehadiran seorang ibunya. Salah satu caranya, membelikan anaknya itu sebuah mainan atau makanan kesukaannya usai selesai bertugas.
“Kasih hadiah (ke anak). Pulang-pulang bawa hadiah. Jadi (anaknya pun) senang pas pulang,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pihak rumah sakit pun memiliki sebuah kebijakan, yang tak mengharuskan untuk setiap tahun bekerja saat momentum hari raya Idul Fitri. Sehingga, ketika tahun lalu, sudah diberikan waktu libur, maka mereka harus bersiap untuk piket di tahun depannya.
Saat dirinya mendapat jatah libur lebaran, ia memanfaatkan waktu itu untuk berkumpul bersama anak dan suaminya dengan keluarga besarnya di kawasan Ibu Kota. Namun, karena diberi dispensasi tak praktek ketika lebaran, dirinya diwajibkan untuk tetap di rumah sakit kala malam takbiran.
“Ya, biasanya keluarga (suami dan anaknya) udah pergi dulu ke mana, nanti saya nyusul,” ujarnya.