Maret 11, 2025
Siti Nur Salsabila

PRIMENEWS | MEDAN : Nama lengkapnya, Siti Nur Salsabila salah seorang alumni sekolah satuan pendidikan kerjasama (SPK)/sekolah internasional PrimeOne School tahun 2021 saat ini melanjutkan pendidikan S-1 Ilmu Komputer di Universitas Sumatera Utara.

Puteri pasangan Muhammad Saleem dan Dra. Sri Pujiaty ini memiliki prestasi yang sangat membanggakan selama di POS Medan, antara lain meraih Best Costume Award of Ms & Mr POS 2018 dan Ketua OSIS periode 2019-2020.

Anak bungsu dari 7 bersaudara ini tetap bersemangat dan memiliki jiwa kompetisi yang kuat, tak heran kalau tahun 2024 lalu, ia mengikuti ASEAN Intervarsity Youth Competition 2024 dan memperoleh hasil 2nd Runner-Up Speech Contest dan 2nd Runner-Up Mixed Group Volunteer Hackathon.

Secara khusus, Siti Nur Salsabila menyampaikan bahwa sistem pertandingan Speech Contest yang ia ikuti, peserta diberikan tema besar sejak awal, yaitu “ASEAN Youth Volunteerism for the SDGs.”

“Sebelum berangkat, setiap peserta sudah menyiapkan naskah speech untuk preliminary round. Setelah itu, diumumkan tujuh besar yang lolos ke babak berikutnya, di mana peserta diberikan subtema baru dan diminta untuk menyampaikan impromptu speech. Subtema yang didapatkan adalah tentang program kerja konkret yang bisa dilakukan anak muda untuk mendukung SDGs. Dalam sesi ini, saya memilih SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) sebagai fokus utama saya,” katanya.

Kemudian, untuk Mixed Group Volunteer Hackathon, lanjut Siti Nur Salsabila para delegasi dibagi ke dalam kelompok yang anggotanya berasal dari berbagai universitas dan negara ASEAN. Tidak ada peserta yang berada dalam satu tim dengan teman dari universitas yang sama.

“Kami kemudian mengunjungi Desa Koo Nam Rop untuk mengidentifikasi permasalahan dan mengembangkan inovasi guna meningkatkan daya tarik wisata desa tersebut. Dalam kompetisi ini, tim kami membuat studi kasus dan video sebagai bagian dari presentasi akhir,” jelasnya.

Siti Nur Salsabila menceritakan awal mula mengikuti kompetisi ini sebagai delegasi Universitas Sumatera Utara dan mewakili universitas sebagai Duta Utama 1 SDGs USU.

“Saya tertarik mengikuti seleksi duta SDGs karena memiliki minat yang besar terhadap isu-isu SDGs serta ingin mengasah kembali keterampilan public speaking. Setelah berhasil terpilih sebagai Duta Utama 1, saya mendapat kesempatan untuk berangkat ke Prince of Songkla University, Thailand, untuk mengikuti kompetisi ini. Semua biaya ditanggung, sehingga saya hanya perlu membawa keberanian dan ilmu yang telah saya siapkan,” tandasnya.

Kompetisi tingkat ASEAN ini diikuti para peserta yang berasal dari berbagai universitas ternama di ASEAN, seperti Universitas Gadjah Mada, Universiti Teknologi Mara, Prince of Songkla University, Universitas Airlangga, Thaksin University, dan banyak universitas lainnya.

“Bagi saya, ini adalah tahun pertama saya sebagai mahasiswa mengikuti pertandingan internssional. Perasaannya luar biasa, sekaligus menjadi refleksi bahwa masih banyak peserta lain yang lebih hebat dan berpengalaman,” jelasnya.

Kompetisi ini, menurut Siti Nur Salsabila membuka wawasannya tentang betapa luasnya dunia dan seberapa besar kesempatan yang bisa kita ambil. Selain itu, pengalaman bertemu dan berbincang dengan delegasi dari berbagai negara menjadi hal yang sangat berharga, karena kami bisa bertukar ilmu, wawasan, dan membangun jejaring internasional.

Siti Nur Salsabika menegaskan bahwa untuk speech contest, percaya diri adalah kata kuncinya. Selain itu, argumen yang disampaikan harus logis, solutif, dan relevan dengan topik yang diberikan.

Sementara untuk volunteer hackathon, kreativitas dan kemampuan bekerja sama dalam tim menjadi faktor utama. Peserta harus mampu menyatukan berbagai ide dari anggota tim yang sebelumnya belum pernah bekerja sama, sekaligus mengatasi language barrier, terutama karena beberapa delegasi, seperti dari Thailand, memiliki tantangan dalam memahami Bahasa Inggris dengan baik.

Untuk mengikuti kompetisi ini, Siti Nur Salsabila mempersiapkan diri selama sebulan. Sebelum kompetisi, mereka menjalani coaching intensif dengan mendalami berbagai dokumen terkait SDGs, termasuk target, indikator, serta perkembangannya.

Selain itu, lanjutnya kami juga mempelajari konstitusi ASEAN dan kebijakan yang berhubungan dengan peran pemuda dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sebagai peserta speech contest, saya mempersiapkan naskah yang sesuai dengan rubrik penilaian, menggunakan kosa kata intelektual dengan low frequency dan high level words, serta menerapkan teknik public speaking yang efektif.
“Saya juga berlatih menghafal serta menyampaikan pidato dengan lancar dan alami agar penyampaiannya lebih mengalir dan meyakinkan,” tegasnya.

Bagi Siti Nur Salsabila, untuk bisa sukses dalam kompetisi ini, modal utamanya adalah penguasaan Bahasa Inggris secara aktif menjadi aspek penting dalam menghadapi kompetisi ini. Selain itu, keberanian untuk berbicara di depan umum serta meningkatkan keterampilan public speaking juga sangat diperlukan.

“Berlatih berbicara tidak hanya di depan cermin, tetapi juga langsung di hadapan audiens dapat membantu membiasakan diri dengan suasana kompetisi yang sebenarnya. Salah satu tantangan terbesar adalah mengatasi rasa gugup, terutama karena ruangan akan dipenuhi oleh delegasi dari berbagai negara serta juri-juri penting. Namun, dengan latihan yang konsisten dan keberanian yang terbangun secara bertahap, tantangan ini dapat diatasi dengan baik,” paparnya.

Setelah mendapat kesempatan menjadi salah satu pemenang dalam kompetisi ini, Siti Nur Salsabila ingin mengikuti lebih banyak kompetisi internasional lainnya, karena pertemuan dengan berbagai peserta dari berbagai negara memberikan wawasan yang sangat berharga.

“Pesan khusus saya kepada adik-adik di POS Medan, kita harus berani mengambil risiko. Banyak mahasiswa yang ragu untuk mengikuti beberapa kompetisi dan contohnya seperti seleksi duta SDGs ini karena merasa belum siap. Padahal, jika tidak mencoba, maka kemungkinan untuk menang adalah 0%. Namun, jika mencoba, setidaknya ada peluang 50% untuk berhasil. Jadi, jangan ragu untuk mengambil kesempatan yang ada,” tandasnya.

Sebagai anak muda dan menjadi generasi penerus bangsa, menurut Siti Nur Salsabila harus lebih peduli terhadap kondisi dunia saat ini. Setelah mempelajari SDGs dan berdiskusi dengan banyak orang, saya menyadari bahwa target Sustainable Development Goals pada 2030 masih sulit tercapai karena kurangnya kepedulian generasi muda.

“Oleh karena itu, saya berharap anak muda mulai memperhatikan isu-isu global dan berkontribusi, meskipun dengan langkah kecil, karena dampak besar selalu berawal dari aksi sederhana,” tegasnya.

Di akhir percakapan dengan Siti Nur Salsabila yang juga alumni PrimeOne School Medan menyampaikan rasa syukurnya pernah menjadi bagian dari PrimeOne School.

“Karena sekolah ini berperan besar dalam membentuk keberanian dan keterampilan public speaking saya. Banyak kegiatan di POS yang membantu saya mengasah soft skills, dan pengalaman itu sangat berharga hingga akhirnya membawa saya ke tahap ini,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *