PRIMENEWS | JAKARTA – Keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jilid II ternyata membuat pertumbuhan laba bersih emiten-emiten di Bursa mengalami penurunan mulai dari akhir triwulan III-2020 ini.
Apalagi, kasus Covid-19 di Indonesia yang trennya masih tinggi. Ini membuat pelaku pasar, khususnya investor asing, cepas bahwa PSBB yang diterapkan sejak 14 September 2020 ini akan panjang.
Ditambah lagi ada kemungkinan daerah lain di luar DKI Jakarta yang mengikuti langkah PSBB Ibu Kota.
Aliran modal asing yang keluar dari bursa saham terus berlanjut. Sejak empat hari terakhir, pemodal asing membukukan jual bersih atau net sell dengan total Rp4,7 triliun.
Sedangkan jika dihitung sepanjang tahun ini, penjualan bersih investor asing mencapai Rp 38,3 triliun, seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 19,7% di level 5.058,48 pada Rabu (16/9).
Ya, sejak pandemi corona, trennya pemodal asing keluar dari pasar saham. Tekanan tersebut tercatat terjadi di pasar reguler, di mana asing tercatat melakukan jual dengan nilai bersih mencapai Rp54,81 triliun.
Sementara di pasar non-reguler, asing tercatat melakukan beli dengan nilai bersih Rp 16,5 triliun.
Namun, aksi beli asing yang tercatat di pasar non-reguler tersebut penyebabnya adalah transaksi akusisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bankok Bank Public Company Ltd. pada 20 Mei 2020.
Nilai akusisinya mencapai Rp 33,3 triliun yang dilakukan di pasar non-reguler dengan melibatkan 24,7 miliar unit saham.
Berdasarkan data RTI Infokom, asing melepas saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan nilai jual bersih mencapai Rp 8,76 triliun di seluruh pasar sejak awal 2020.
Saham perusahaan milik pemerintah ini anjlok 29,72% sejak awal tahun menyentuh harga Rp2.790 per saham.
Asing juga banyak melepas saham infrastruktur telekomunikasi yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dengan net sell Rp 3,54 triliun.
Meski asing melepas, saham perusahaan menara telekomunikasi ini malah meroket hingga 27,95% menyentuh harga Rp1.030 per saham.
Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan bahwa kondisi ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia yang tengah krisis ini, membuat investor asing menarik investasinya dari negara-negara berkembang untuk sementara waktu.
”Bila saya sedang jalan-jalan ke negara lain, kemudian di rumah ada masalah, saya akan cepat pulang ke rumah. Itu yang terjadi di pasar keuangan seperti di 2018 yang kembali dulu ke rumah,” kata Hans.